Kenapa Naskah Ditolak di Jurnal SINTA? Sudah buat artikel dengan penuh semangat. Sudah revisi berkali-kali. Sudah submit ke jurnal SINTA yang kamu incar. Tapi hasilnya? Satu email yang membuat hati menciut: “Maaf, naskah Anda kami tolak karena…”. Yuk simak pembahasannya:
Kenapa Naskah Ditolak di Jurnal SINTA?
Bagi banyak penulis—baik mahasiswa, dosen, maupun peneliti, penolakan naskah dari jurnal adalah kenyataan pahit yang sulit diterima. Tapi, tenang. Kamu tidak sendiri.
Dalam dunia akademik, penolakan adalah proses yang normal dan bahkan sering terjadi. Tapi bukan berarti harus terjadi terus-menerus.
Dengan memahami penyebab umumnya, kamu bisa memperbesar peluang artikelmu diterima di jurnal SINTA.
Berikut ini kami rangkum 12 penyebab naskah sering ditolak oleh reviewer jurnal SINTA, lengkap dengan contoh, solusi, dan tips agar kamu tidak terjebak dalam kesalahan yang sama.
1. Tidak Sesuai Fokus dan Ruang Lingkup (Scope) Jurnal
Masalah:
Banyak penulis mengirim artikel tanpa mengecek apakah topiknya relevan dengan fokus jurnal.
Contoh kasus:
Artikel tentang model pembelajaran PAUD dikirim ke jurnal hukum atau jurnal agribisnis.
Solusi:
- Baca halaman “Aims and Scope” jurnal secara teliti.
- Cek artikel-artikel sebelumnya: apa tema dominannya?
- Kirim ke jurnal yang memang sesuai bidang risetmu, meskipun SINTA-nya lebih rendah.
Artikel bagus tapi tidak sesuai fokus = tetap ditolak.
2. Struktur Artikel Tidak Sesuai Template
Masalah:
Jurnal SINTA menetapkan format penulisan yang wajib diikuti, termasuk urutan bab, cara menulis daftar pustaka, ukuran font, spasi, dan margin. Jika tidak sesuai, artikel bisa langsung ditolak teknis.
Kesalahan umum:
- Tidak memakai template jurnal
- Daftar pustaka pakai gaya bebas (bukan APA, IEEE, dll)
- Tidak ada subjudul “Metode” atau “Hasil dan Pembahasan”
Solusi:
- Unduh template jurnal dari situs resminya
- Gunakan software referensi (Mendeley/Zotero)
- Ikuti struktur umum: Judul – Abstrak – Pendahuluan – Metode – Hasil – Pembahasan – Simpulan – Daftar Pustaka
Jurnal tidak akan memperbaiki formatmu—kamu yang harus menyesuaikan.
3. Artikel Tidak Memiliki Kebaruan (Novelty)
Masalah:
Reviewer akan bertanya: Apa yang baru dari artikel ini?
Kalau tidak ada kontribusi baru, naskahmu dianggap sekadar menyalin ulang penelitian lama.
Contoh:
- Meneliti model pembelajaran yang sudah diteliti berkali-kali tanpa ada modifikasi
- Tidak menyebutkan “gap penelitian” atau urgensi riset
Solusi:
- Di bagian pendahuluan, cantumkan apa yang belum diteliti oleh peneliti sebelumnya
- Tunjukkan bahwa kamu memperbarui, memodifikasi, atau menerapkan hal baru
Tanpa novelty, artikelmu dianggap “tidak perlu” untuk diterbitkan.
4. Metodologi Tidak Jelas atau Tidak Valid
Masalah:
Metode yang tidak lengkap atau tidak cocok akan membuat reviewer bingung dan meragukan validitas hasilnya.
Kesalahan umum:
- Tidak menyebutkan jenis penelitian (kualitatif/kuantitatif)
- Teknik analisis data tidak dijelaskan
- Tidak ada informasi tentang populasi dan sampel
Solusi:
- Tulis detail: jenis penelitian, desain, teknik sampling, instrumen, teknik analisis
- Sertakan data validasi atau reliabilitas jika ada
Reviewer tidak membaca asumsi—mereka membaca bukti.
5. Tingkat Plagiarisme Tinggi
Masalah:
Jika jurnal mendeteksi similarity index di atas 25–30%, naskah bisa langsung ditolak.
Sumber similarity:
- Parafrase yang buruk
- Copy-paste dari artikel/jurnal sendiri
- Kutipan langsung tanpa tanda kutip
Solusi:
- Gunakan Turnitin/Plagscan sebelum submit
- Parafrase kalimat, bukan hanya mengganti sinonim
- Selalu cantumkan sitasi, bahkan untuk ide orang lain
Plagiarisme = pelanggaran etika. Ditolak dan bisa masuk blacklist.
6. Bahasa Tidak Ilmiah dan Banyak Typo
Masalah:
Bahasa jurnal harus formal, lugas, dan bebas dari kesalahan. Kalimat yang ambigu atau tidak efektif akan mengganggu reviewer dalam menilai konten.
Kesalahan umum:
- Menggunakan kalimat informal seperti “Menurut saya…”
- Terlalu banyak “kata-kata manis” yang tidak ilmiah
- Banyak kesalahan ejaan dan tata bahasa
Solusi:
- Gunakan Grammarly, Typoonline, atau tools proofreading
- Minta orang lain membaca ulang artikelmu
- Hindari kalimat pasif berlebihan dan panjang-panjang
7. Referensi Tidak Kredibel atau Terlalu Usang
Masalah:
Artikel ilmiah harus didukung literatur yang relevan dan mutakhir. Kalau masih pakai referensi tahun 2000-an atau dari blog, bisa jadi alasan penolakan.
Solusi:
- Gunakan minimal 60% referensi dari artikel jurnal 5–10 tahun terakhir
- Hindari sumber dari Wikipedia, blogspot, atau skripsi
- Cantumkan DOI jika memungkinkan
8. Abstrak Tidak Mewakili Isi Artikel
Masalah:
Banyak artikel ditolak karena abstraknya tidak informatif. Reviewer pertama kali membaca abstrak, jika di bagian ini sudah tidak jelas, peluang ditolak makin besar.
Ciri abstrak buruk:
- Hanya latar belakang tanpa hasil
- Tidak menyebutkan metode
- Tidak ringkas
Solusi:
Tulis abstrak dalam struktur:
- Tujuan
- Metode
- Hasil
- Kesimpulan
- Kata kunci: 3–5 kata
9. Mengirim ke Beberapa Jurnal Sekaligus (Double Submission)
Masalah:
Mengirim artikel yang sama ke dua jurnal sekaligus dianggap pelanggaran berat dalam dunia akademik.
Akibat:
- Artikel ditolak permanen
- Nama penulis bisa diblacklist
- Institusi bisa diberi peringatan
Solusi:
- Kirim ke satu jurnal, tunggu hasilnya
- Jika ditolak, revisi dulu sebelum kirim ke jurnal lain
Jangan ambil risiko. Etika akademik lebih penting dari cepat publish.
10. Tidak Menjawab Revisi Reviewer dengan Baik
Masalah:
Naskah yang sudah masuk revisi bisa ditolak jika kamu:
- Tidak menjawab komentar reviewer
- Tidak mengunggah dokumen revisi dengan benar
- Tidak memberikan penjelasan atas perubahan
Solusi:
- Jawab komentar reviewer satu per satu
- Buat dua versi: naskah revisi dengan highlight, dan naskah bersih
- Gunakan bahasa sopan dan profesional
11. Hasil dan Pembahasan Kurang Dalam
Masalah:
Artikel ilmiah bukan hanya soal hasil, tapi juga seberapa dalam kamu membahasnya. Reviewer akan kecewa jika bagian diskusi hanya berupa deskripsi, bukan analisis.
Ciri pembahasan dangkal:
- Hanya menjelaskan grafik atau tabel
- Tidak dikaitkan dengan teori atau penelitian sebelumnya
- Tidak ada penjelasan “mengapa” dan “apa artinya”
Solusi:
- Bandingkan hasil dengan literatur yang ada
- Jelaskan sebab dan implikasi
- Tawarkan interpretasi, bukan sekadar menyebut angka
12. Tidak Ada Kontribusi Ilmiah yang Jelas
Masalah:
Artikel harus menyumbang pemikiran baru, solusi, atau pendekatan dalam bidang tertentu. Jika tidak, reviewer menganggap artikel kamu kurang penting untuk diterbitkan.
Contoh:
- Hanya menyajikan data tanpa rekomendasi
- Tidak menawarkan alternatif atau gagasan baru
Solusi:
- Jelaskan di bagian akhir artikel: apa kontribusi risetmu?
- Tunjukkan bahwa artikelmu bisa digunakan atau dikembangkan oleh peneliti selanjutnya
Penutup
Jangan berkecil hati jika artikelmu ditolak. Bahkan penulis hebat pun pernah ditolak berkali-kali. Yang penting adalah kamu:
- Belajar dari kesalahan
- Merevisi naskah dengan teliti
- Mengikuti etika dan panduan jurnal
- Konsisten menulis dan mencoba lagi
“Jurnal bukan untuk yang paling pintar, tapi untuk yang paling gigih.”
Simak juga:
FAQ: Pertanyaan Umum Seputar Penolakan Naskah Jurnal SINTA
1. Apakah naskah saya otomatis buruk jika ditolak jurnal SINTA?
Tidak. Penolakan tidak selalu berarti naskah kamu buruk. Bisa jadi hanya perlu revisi minor, atau tidak sesuai dengan fokus jurnal. Banyak peneliti berhasil publish setelah revisi atau pindah jurnal yang lebih cocok.
2. Berapa lama waktu yang dibutuhkan sampai naskah dinyatakan ditolak?
Tergantung jurnalnya. Ada yang cepat (2–4 minggu), ada yang bisa sampai 2–3 bulan. Jika terlalu lama, kamu berhak menghubungi editor untuk follow-up status naskahmu.
3. Apakah saya bisa mengirim ulang naskah yang ditolak ke jurnal lain?
Ya, bisa. Tapi revisi dulu naskahmu berdasarkan komentar reviewer sebelumnya. Jangan langsung kirim tanpa perbaikan karena kemungkinan ditolak lagi sangat besar.
4. Bolehkah saya mengirim satu artikel ke dua jurnal SINTA sekaligus?
Tidak boleh. Ini disebut double submission, dan merupakan pelanggaran etika akademik. Jika ketahuan, naskah bisa dibatalkan atau kamu masuk daftar hitam jurnal tersebut.
5. Bagaimana cara mengetahui scope jurnal sebelum mengirim naskah?
Kunjungi situs jurnal, cari bagian “Aims & Scope” atau “Focus & Scope”. Baca juga daftar artikel yang sudah terbit untuk melihat kecocokan tema dengan naskahmu.
6. Berapa maksimal tingkat plagiarisme agar naskah tidak ditolak?
Idealnya di bawah 20% (bahkan beberapa jurnal meminta di bawah 15%). Gunakan tools seperti Turnitin atau Plagscan untuk mengecek tingkat similarity sebelum submit.
7. Apakah semua jurnal SINTA memiliki format dan template yang sama?
Tidak. Setiap jurnal punya template masing-masing. Selalu unduh template terbaru dari situs resmi jurnal tersebut sebelum kamu mulai menulis atau menyusun ulang naskah.
8. Kalau artikel saya sudah ditolak, apakah saya bisa meminta alasan yang lebih detail?
Bisa, tergantung kebijakan jurnal. Beberapa jurnal memberikan komentar reviewer, beberapa hanya memberi alasan singkat. Kamu bisa menghubungi editor dengan sopan untuk meminta penjelasan lebih lanjut.
9. Apa saja yang sebaiknya saya siapkan sebelum submit naskah ke jurnal?
- Naskah lengkap sesuai template
- Surat pengantar (cover letter)
- Daftar riwayat hidup (jika diminta)
- Cek plagiarisme
- File tambahan seperti data atau lampiran (jika diminta jurnal)
10. Apa strategi terbaik agar naskah saya tidak ditolak?
- Pahami scope jurnal
- Ikuti template dengan disiplin
- Perjelas novelty (kebaruan) dan kontribusi
- Cek bahasa, tata letak, dan referensi
- Minta feedback dari rekan atau pembimbing sebelum submit