Bagaimana cara mengidentifikasi gap penelitian dari artikel jurnal ilmiah? Yuk simak pembahasan lengkapnya berikut ini:
Cara Mengidentifikasi Gap Penelitian dari Artikel Jurnal Ilmiah
Salah satu tantangan terbesar dalam menyusun proposal skripsi atau tesis adalah menemukan “gap penelitian” atau kesenjangan penelitian. Banyak mahasiswa merasa sudah membaca banyak jurnal, tetapi tetap bingung harus mulai dari mana untuk menemukan ide penelitian yang baru dan relevan.
Padahal, kemampuan menemukan gap penelitian adalah keterampilan penting yang membedakan antara penelitian biasa dengan penelitian yang benar-benar memberikan kontribusi ilmiah.
Lalu, bagaimana cara menemukan gap penelitian dengan mudah dari artikel jurnal ilmiah? Yuk, kita bahas langkah demi langkah!
Apa Itu Gap Penelitian?
Gap penelitian adalah celah, kekurangan, atau aspek yang belum diteliti secara mendalam dalam penelitian sebelumnya. Dengan kata lain, gap penelitian menunjukkan apa yang belum dilakukan oleh penelitian terdahulu, dan apa yang bisa kamu teliti lebih lanjut.
Contohnya:
Banyak penelitian membahas pengaruh media sosial terhadap prestasi belajar, tapi belum ada yang membahas bagaimana jenis platform tertentu (misalnya TikTok) memengaruhi fokus belajar mahasiswa.
Nah, bagian “belum ada yang membahas TikTok secara spesifik” itulah yang disebut research gap.
Mengapa Gap Penelitian Penting?
Menemukan gap penelitian penting karena:
- Menunjukkan keaslian (originalitas) penelitianmu.
Dosen dan penguji akan melihat bahwa penelitianmu tidak hanya menyalin, tapi melanjutkan atau mengisi kekosongan dari studi terdahulu. - Menentukan arah dan tujuan penelitian.
Gap penelitian membantu kamu fokus pada masalah yang benar-benar perlu dijawab. - Meningkatkan kontribusi ilmiah.
Penelitian dengan gap yang jelas akan lebih berpeluang diterbitkan di jurnal ilmiah atau dijadikan rujukan oleh peneliti lain. 
Jenis-Jenis Gap Penelitian
Sebelum masuk ke cara menemukannya, kamu perlu tahu dulu bahwa ada beberapa jenis gap penelitian yang umum ditemukan dalam jurnal ilmiah:
- Gap Teoritis
Terjadi ketika teori yang digunakan belum menjelaskan fenomena secara lengkap.
Contoh: teori motivasi belajar belum mampu menjelaskan perilaku belajar generasi Z secara menyeluruh. - Gap Empiris
Terjadi ketika hasil penelitian berbeda-beda atau bahkan bertentangan.
Contoh: satu penelitian menyimpulkan bahwa media sosial menurunkan prestasi belajar, sementara penelitian lain menyebut tidak ada pengaruh signifikan. - Gap Metodologis
Terjadi ketika metode penelitian sebelumnya memiliki keterbatasan atau belum menggunakan pendekatan yang lebih tepat.
Contoh: penelitian sebelumnya hanya menggunakan kuesioner, padahal wawancara mendalam bisa memberikan hasil yang lebih kaya. - Gap Kontekstual
Terjadi ketika penelitian belum dilakukan di konteks tertentu (lokasi, budaya, usia, institusi).
Contoh: penelitian tentang literasi digital banyak dilakukan di kota besar, tetapi belum di daerah pedesaan. - Gap Praktis
Terjadi ketika hasil penelitian belum diterapkan di dunia nyata.
Contoh: ada banyak teori tentang manajemen stres, tetapi belum ada yang diuji di kalangan mahasiswa akhir skripsi. 
Langkah-Langkah Mengidentifikasi Gap Penelitian dari Jurnal Ilmiah
Berikut langkah-langkah praktis yang bisa kamu ikuti untuk menemukan gap penelitian dengan efektif:
1. Tentukan Bidang Kajian yang Spesifik
Mulailah dari minatmu sendiri. Jangan membaca jurnal secara acak.
Misalnya kamu tertarik pada bidang pendidikan digital, maka fokuslah pada topik seperti:
- Pembelajaran daring
 - Literasi digital
 - Pengaruh media sosial terhadap motivasi belajar
 
Dengan menentukan bidang yang jelas, kamu lebih mudah menemukan pola dan kekosongan dalam penelitian yang sudah ada.
2. Kumpulkan Artikel Jurnal Terkait
Gunakan platform akademik seperti:
- Google Scholar
 - ResearchGate
 - ScienceDirect
 - DOAJ (Directory of Open Access Journals)
 - Garuda Ristekdikti
 
Cari 10–20 jurnal terbaru (minimal 5 tahun terakhir) dengan kata kunci yang relevan.
Misalnya: “digital learning motivation students” atau “pengaruh media sosial terhadap prestasi belajar mahasiswa”.
3. Baca Bagian Pendahuluan (Introduction)
Bagian ini sangat penting, karena biasanya penulis jurnal menjelaskan:
- Latar belakang penelitian
 - Masalah yang diteliti
 - Penelitian sebelumnya
 - Kesenjangan yang ingin mereka isi
 
Perhatikan kalimat seperti:
“However, previous studies have not examined…”
“There is still a lack of research on…”
“Few studies have explored…”
Kalimat-kalimat tersebut biasanya menunjukkan gap penelitian yang bisa kamu manfaatkan atau kembangkan.
4. Baca Bagian Tinjauan Pustaka (Literature Review)
Di bagian ini, penulis menjelaskan teori dan penelitian terdahulu.
Kamu bisa menemukan perbedaan hasil atau metode penelitian. Misalnya:
“Previous studies using quantitative methods found inconsistent results…”
Jika kamu menemukan hasil yang saling bertentangan, itulah tanda adanya gap empiris atau gap metodologis.
5. Baca Bagian Diskusi dan Kesimpulan
Pada bagian Discussion atau Conclusion, penulis sering menulis keterbatasan penelitian mereka, seperti:
“This study was limited to students from one university…”
“Further research should examine other demographic factors…”
Kalimat seperti ini sangat berguna karena secara langsung menunjukkan peluang untuk melanjutkan penelitian mereka alias menemukan gap baru.
6. Catat dan Bandingkan Temuan dari Beberapa Jurnal
Buat tabel perbandingan seperti berikut:
| Penulis & Tahun | Judul Penelitian | Metode | Hasil Utama | Keterbatasan / Gap | 
| Ahmad (2022) | Pengaruh Media Sosial terhadap Prestasi Belajar | Kuantitatif | Tidak berpengaruh signifikan | Tidak membahas jenis platform media sosial | 
| Sari (2023) | Dampak Instagram terhadap Fokus Belajar | Kualitatif | Pengaruh negatif pada konsentrasi | Subjek terbatas pada mahasiswa perempuan | 
| Budi (2024) | TikTok dan Motivasi Belajar Mahasiswa | Kuantitatif | Ada pengaruh positif | Tidak membahas intensitas penggunaan | 
Dari tabel tersebut, kamu bisa melihat gap yang jelas:
Belum ada penelitian yang membahas perbandingan antar platform media sosial terhadap motivasi belajar berdasarkan intensitas penggunaan.
7. Rumuskan Gap Penelitianmu Sendiri
Setelah menemukan celah dari beberapa jurnal, rumuskan gap penelitianmu dengan kalimat ilmiah seperti:
“Meskipun beberapa penelitian telah membahas pengaruh media sosial terhadap prestasi belajar mahasiswa, belum banyak yang meneliti secara spesifik pengaruh intensitas penggunaan TikTok terhadap fokus belajar mahasiswa di daerah pedesaan.”
Kalimat seperti ini bisa langsung kamu gunakan dalam latar belakang proposal penelitian atau artikel ilmiah.
Contoh Gap Penelitian dari Artikel Nyata
Berikut contoh-contoh research gap dari bidang yang berbeda:
| Bidang | Contoh Gap Penelitian | 
| Pendidikan | Belum banyak penelitian yang mengkaji efektivitas pembelajaran berbasis AI pada siswa sekolah dasar. | 
| Ekonomi | Penelitian sebelumnya fokus pada UMKM kota besar, sementara UMKM pedesaan jarang dikaji dari aspek digital marketing. | 
| Psikologi | Masih sedikit penelitian tentang dampak media sosial terhadap kesehatan mental mahasiswa laki-laki. | 
| Hukum | Penelitian hukum siber di Indonesia lebih banyak membahas e-commerce, belum menyentuh transaksi NFT. | 
| Keislaman | Studi zakat produktif banyak dilakukan di Jawa, tetapi minim penelitian di daerah luar Jawa. | 
Tips Praktis dalam Menemukan Gap Penelitian
- Fokuslah pada artikel terbaru (5 tahun terakhir).
 - Gunakan fitur “Cited by” di Google Scholar untuk melihat perkembangan topik.
 - Baca bagian limitations di akhir jurnal — di situlah harta karun gap penelitian sering tersembunyi.
 - Catat kalimat yang mengandung kata kunci seperti lack of research, limited to, atau further study needed.
 
Kesimpulan
Menemukan gap penelitian bukanlah hal yang sulit jika kamu tahu caranya. Kuncinya adalah membaca secara kritis, bukan hanya memahami isi jurnal, tetapi juga mencari tahu apa yang belum diteliti oleh penulis sebelumnya.
Dengan menguasai teknik identifikasi gap ini, kamu akan lebih mudah menyusun topik penelitian yang unik, relevan, dan memiliki kontribusi ilmiah nyata.
